Selasa, 30 April 2013

Islampos: Cara Melakukan Shalat Sambil Menggendong Bayi


Manakala menunaikan kewajiban shalat, ada anak yang terus membutuhkannya utamanya bayi. Seorang ibu tetaplah seorang ibu. Bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan ummahat melakukan shalat ketika juga harus menggendong bayi?

Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullaah menjawab, “Shalat wanita sambil menggendong anaknya tidak apa-apa bila anaknya dalam keadaan suci dan memang butuh digendong karena mungkin anaknya menangis dan bisa menyibukkan si ibu apabila tidak menggendongnya.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah shalat sambil menggendong cucu beliau Umamah bintu Zainab bintu Rasulullah. Ketika itu Rasulullah shalat mengimami orang-orang dalam keadaan Umamah dalam gendongan beliau. Bila berdiri, beliau menggendong Umamah dan di saat sujud beliau meletakkannya. Apabila seorang ibu melakukan hal tersebut maka tidak apa-apa, tetapi yang lebih utama tidak melakukannya melainkan jika ada kebutuhan. (Nurun ‘alad Darb, hlm. 17)

Ini merupakan bentuk kasih sayang terhadap anak-anak dan bayi-bayi. Karena apabila mereka menangis sementara seseorang sedang shalat. Terkadang tangisan mereka menyibukkan dia dari shalatnya. Allah ta’ala berfirman,

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (Al Ahzab: 4).


Yang harus diperhatikan adalah perkara yang berkaitan dengan syarat suatu kesucian. Bila dia bisa terhindar dari kotorannya, maka tidak mengapa yang demikian. Namun apabila terdapat kotoran padanya, semisal air kencing atau selainnya, maka tidak boleh.

Dan kisah Umamah dikemungkinkan bahwa dia dalam keadaan bersih dari najis kencing atau tahi, sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama rahimahumullah. 

[Sumber: Anak Amanah Ilahi karya Asy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuri (penerjemah: Abu Abdurrahman Abdul Aziz As Salafy dan Ummu Abdurrahman), penerbit: Penerbit Al-Husna bekerja sama dengan Al Fath Media, hal. 88-89]

Senin, 29 April 2013

Menurut Fiqh Islam: Mengawini Besan, Bolehkah?


Assalamualaikum wr wb

Ustaz, jika ada yang ingin menjodohkan bapak dari pihak istri untuk menikah dengan ibu dari pihak suami apakah itu boleh, mengingat kedua anak perempuan dan laki-laki mereka sudah menjadi suami istri dan dalam hubungan pernikahan?
Hamba Allah

Waalaikumussalam wr wb

Allah berfirman, ’’Dan janganlah kamu kawini perempuan-perempuan yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS an-Nisa` [4]: 23).

Ayat tersebut menjelaskan secara perinci perempuan-perempuan yang haram dinikahi seorang laki-laki, yaitu mantan istri bapak, ibu yang melahirkannya, anak perempuannya sendiri, saudara perempuannya sendiri, saudara perempuan bapaknya (bibi dari pihak bapak), saudara perempuan ibunya (bibi dari pihak ibu), dan anak perempuan dari saudara laki-laki (keponakan dari jalur saudara laki-laki).

Lainnya adalah anak perempuan dari saudara perempuan (keponakan dari jalur saudara perempuan), perempuan yang pernah menyusuinya (ibu susuan), saudara perempuan sepersusuan, ibu dari istri (mertua), anak tiri yang ibunya sudah dicampuri olehnya, istri anaknya sendiri, dan saudara istri, jika masih menjadi istrinya (mengumpulkan dua wanita bersaudara sekaligus dalam hubungan pernikahan).

Dalam ayat setelahnya Allah menegaskan, ’’Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina.’’ (QS an-Nisa` [4]: 24).

Dalam ayat ini, Allah juga mengharamkan menikah dengan perempuan yang masih bersuami (masih menjadi istri orang). Kemudian, Allah menegaskan, selain yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas maka boleh dinikahi. Rasulullah menjelaskan, hubungan sepersusuan itu juga mengharamkan sebagaimana hubungan nasab.

Dan, dalam semua yang diharamkan itu tidak disebutkan mertua dari anak atau besan, maka boleh hukumnya bagi mereka untuk menikah karena itu termasuk ke dalam apa yang dibolehkan oleh Allah dalam firman-Nya. ‘’Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian.’’ (QS an-Nisa` [4]: 24).

Wallahu a’lam bish shawab.

Nasihat KH.Arifin Ilham: Doa Agar Kita Tetap Taat Kepada Allah


Asslaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu

Sahabatku, sedang apa kalian di malam ahad ini? Semoga kalian tetap selalu ingat dan taat kepada Allah. 

Karena tidak ada kebahagiaan selain hidup dalam taat (QS Yunus 62-63). Sahabat Rasulullah, Muadz bin Jabal bertanya, "Ya Rasulullah, doa apa yang harus kubaca yang membuat hatiku selalu dalam keimanan dan ketaatan kepada Allah?"

Rasulullah mengajarkan doa itu, "Robby ainny alaa dzikrika wa syukrika wa husni ibaadatika", "Ya Robbku, tolong hamba agar selalu ingat pada-Mu, selalu bersyukur atas nikmat-Mu, dan selalu beribadah terbaik pada-Mu... Aamiin". Imam Ghozali menyebutnya hamba yang selalu berzikir, bersyukur, dan beribadah khusuk, "halaawaturruuhiyyah" hamba itu tenggelam dalam kelezatan spiritual yang sangat membahagiakannya, itulah kekayaan sejati yang dicari para pencari kesenangan, dan sungguh ia berada pada puncak rahmat Allah. 

Hafalkan doa ini, baca dalam setiap doa, setiap selesai shalat fardu dan di pengujung malam. 

Sahabatku, selamat menikmati hidup penuh bahagia dalam dzikrullah.

pojok: Arifin Ilham

Nasihat KH Arifin Ilham: Kenali Tujuh 'Hijab Hati'



Assalaamualaikum wa rahmatullaahi wa barakatuhu

Sahabatku, mari kita kenali tujuh hijab hati agar kita dapat menjauhinya:

  1. "Azzunub", tumpukan dosa tanpa diiringi dengan kesungguhan bertaubat
  2. "Alwasikh" banyak makan dan minum haram
  3. "Aljahlu" sangat pintar ilmu dunia tetapi bodoh dan malas belajar Islam
  4. "Alhawa tutbau" Nafsu yang diperturutkan terus menerus, seperti minum air laut yang kesannya menghilangkan dahaga
  5. "Hubbuddunya", terlalu cinta dunia sehingga tidak peduli lagi halal dan haram
  6. "Alzhulmu" banyak orang yang telah disakiti
  7. "Asysyaithoonu rookibuhu" karena semua hal-hal tersebut diatas (1 s/d 6), maka dengan mudah syetan menundukkannya sampai tidak sadar manusia itu dalam kesesatan (QS 7:175).

Allahumma ya Allah bersihkan hati kami dari semua dosa, sombong, munafik, riya, ujub, berbagai penyakit, hijab hati dan ranjau syetan... 
Aamiin.

pojok: Arifin Ilham

Utamakan Menebar Salam Pada Sesama Muslim



Oleh: Zainal Arifin

Suatu hari ketika Abdullah bin Umar RA pergi ke pasar dan mengucapkan salam pada setiap orang yang dijumpainya, seseorang bertanya padanya. “Apa yang engkau lakukan di pasar wahai Ibnu Umar? Engkau tidak berniaga, tidak juga membeli sesuatu dan tidak menawarkan dagangan, engkau juga tidak bergabung dalam majelis orang-orang di pasar.” 

Ibnu Umar menjawab, ”Sesungguhnya aku pergi ke sana hanya untuk menyebarkan salam pada orang yang aku jumpai.”

Makna yang tersirat dalam kisah tersebut adalah keutamaan menyebarkan salam karena merupakan adab yang istimewa dalam kehidupan masyarakat Muslim. 

Salam bukanlah sekadar tradisi pada pembukaan dan penutupan suatu acara semata, ataupun disampaikan pada orang-orang tertentu saja. “Islam yang baik adalah memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal.” (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW memberikan perhatian yang besar terhadap amalan salam, beliau memotivasi umatnya untuk senantiasa menanamkan dan mempraktekkan salam dalam kehidupan sehari-hari. “Apabila Rasulullah mendatangi suatu kaum, maka beliau mengucapkan salam kepada mereka sebanyak tiga kali”(Riwayat Bukhari).

Selain itu, kaidah-kaidah menebar salam telah diatur Rasulullah dalam banyak Haditsnya, Bahkan banyak para ahli Hadits mengkhususkan dan meletakkannya dalam satu bab tersendiri yang biasa disebut “Kitab Salam” ataupun “Bab Salam”.

Allah SWT juga memerintahkan kita untuk saling menebar salam, terutama ketika kita sedang bersilaturahmi ke rumah seseorang. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS an Nur [24]: 27).

Dan sesungguhnya salam yang kita sebarkan adalah doa untuk orang yang mendengarnya dan juga doa untuk diri kita sendiri. “…Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya), yang artinya juga memberi salam kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya bagimu, agar kamu memahaminya. (QS [24]: 61).

Inilah pentingnya kita sebagai umat Muslim untuk saling menebar salam di antara kita, baik itu di pasar, di perjalanan, di masjid dan di manapun ketika kita bertemu dengan siapapun, terlebih-lebih bertemu saudara seiman. Menebar salam dengan ikhlas dapat menjaga keimanan dan menumbuhkan ikatan cinta yang kuat dalam kehidupan umat Muslim.

“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang sesuatu yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Sebarkan salam di antara kalian.” (Riwayat Muslim).

Betapa indahnya ukhuwah Islamiyah ketika masing-masing kita saling menebar salam yang baik lagi santun. Dan Allah telah menyiapkan tempat yang mulia bagi siapapun yang selalu menebar salam. “Sesungguhnya orang yang paling utama di sisi Allah adalah mereka yang memulai salam.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

sumber: republika

Seruan Ketua DMI Jusuf Kala:Fungsi Masjid Terdegradasi Bahkan Hanya 0,5 % Yang Memiliki Komunitas

Masjid saat ini hanya diperuntukkan sebagai tempat ibadah semata dan jauh dari pusat aktvitas sosial ekonomi ummat. Kondisi inilah yang menjadi keprihatinan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Akibatnya, kehidupan sehari-hari umat semakin tercerabut dari lingkungan masjid yang dianggap sebagai wadah pemersatu umat Islam.

Ketua Umum DMI, M Jusuf Kalla (JK), mengatakan kondisi masjid ini semakin mengkhawatirkan ketika banyak masjid megah dibangun, namun setelah itu fungsi sebagai tempat ibadah pun tidak terlihat. "Karena banyak masjid megah setelah dibangunnya hanya diisi sedikit jamaah," katanya kepada Republika, Senin (29/4).

Data yang ada di DMI, saat ini setidaknya ada 850 ribu masjid dan lebih dari 1 juta mushala di seluruh Indonesia. Dari jumlah yang besar itu, setidaknya tidak lebih dari setengah persennya masjid dan mushola yang telah memiliki pusat komunitas. Sedangkan sisanya, bahkan ada yang hanya terkunci dan hanya dibuka bila waktu sholat tiba.

Karena itu, pada tahun ini DMI telah mencanangkan sebuah konsep masjid sebagai basis dalam Community Center sebagai aktivitas sosial ekonomi umat. Keinginan ini, muncul untuk menghadirkan kembali masjid sebagai pusat komunitas masyarakat.

Konsep ini seperti yang telah terjadi pada masa awal Islam dan dicontohkan Nabi Muhammad SAW. JK menjelaskan, setidaknya ada empat konsep masjid yang akan dijadikan pusat komunitas umat Islam, selain tempat beribadah. Dia memaparkannya sebagai masjid untuk pusat perekonomian, pusat pendidikan, pusat penghijauan, dan pusat kesehatan. 

"Semua ini sudah kita konsepkan dengan matang. Dananya, kami hanya memfasilitasi dari pihak perbankan Islam, Kemendikbud, Kemenkes dan Kemenhut serta bekerja sama dengan beberapa BUMN sebagai CSR," katanya.

sumber: Republika